Welcome

Kamis, 26 Juli 2012

Bela Negara Berupa Pelstarian hutan


Pelestarian Hutan Selamatkan Negeri Kita
Hutan kita yang pada awalnya penuh dengan aneka pepohonan semakin tergerus dan hancur. Padahal, keberadaan pepohonan dan berbagai satwa di hutan merupakan pendukung kehidupan manusia yang vital guna menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian alam.

Semakin berkembangnya teknologi modern, bukan memberikan jaminan kelestarian bagi aneka pepohonan di hutan belantara, melainkan justru mempercepat kerusakan alam. Penebangan hutan liar, kebakaran hutan, dan erosi, ikut memperparah kondisi hutan kita. Padahal, hutan berfungsi menjaga sistem keseimbangan hidup dan lingkungan.

Tanam Pohon


Seharusnya semakin banyak pohon-pohon ditebangi, makin besar pula kepedulian kita mencari alternatif untuk mengembalikan fungsi dan kelestarian lingkungan. Salah satunya melalui gerakan Indonesia Hijau Berseri yang mendapat respons sangat baik dari berbagai kalangan, terutama bagi aktivis lingkungan hidup.


Dalam kaitan tersebut, kita menginginkan kerusakan hutan yang sedemikian parah harus diimbangi dengan gerakan menanam pohon yang serius dan konsisten. Kita bisa melihat, lahan dan hutan yang gundul memicu tanah longsor dan banjir. Itulah sebabnya, gerakan menanam pohon melibatkan semua elemen masyarakat. Merasa terlibat pada akhirnya merasa ikut bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas lahan dan hutan kita yang semakin parah.
Dengan menanm pohon kita juga sudah termasuk membela negara , dengan menanam pohon kita ikut mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Kita perlu menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat guna menyelamatkan pohon-pohon yang semakin terbenam oleh kerakusan manusia, baik yang ada di lingkungan kita maupun di dalam hutan belantara.
Namun, tahukah kita setiap tahun 1,1 juta ha hutan di Indonesia rusak total. Implikasinya laju pertumbuhan konsumsi air Indonesia bertambah menjadi 6,7% per tahun. Dengan kata lain, telah terjadi degradasi air akibat pertambangan, perambahan hutan, eksploitasi air, pencemaran lingkungan, dan populasi udara yang makin parah.

Isu Kontemporer

Pemerintah juga terkesan kurang peduli terhadap kondisi hutan dan lingkungan hidup. Padahal, kunci utamanya dalam pelestarian hutan adalah terletak pada komitmen pemerintah.

Maka tak heran bila kerusakan hutan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia, pada 15 Juli 1972. Sedangkan di Indonesia, tonggak sejarah masalah kerusakan hutan dan lingkungan hidup dimulai sejak Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung pada 15-18 Mei 1972.

Persoalan lingkungan adalah isu kontemporer yang mengemuka untuk semua kalangan, terutama para aktivis lingkungan. Itu karena dampaknya akan merambah pada seluruh penduduk dunia. Jika persoalan tersebut dibiarkan tanpa penyelesaian berbagai jenis musibah dan bencana alam akan merusak kehidupan kita. (Sumber: Lampung Post, 21 Maret 2012)

Tentang penulis:
Mohammad Takdir Ilahi, Staf Riset The Mukti Ali Institute Yogyakarta

Kunjugi juga situs kami : http://alexanderaldi.blogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar