Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, begitulah ungkapan nyekrup untuk memampatkan dan memadatkan salah satu sajian dari studio Walt Disney Pictures bertitel The Avengers.

Tujuh personel serba digdaya beraksi di alam raya menunjukkan bahwa jagat imajinasi seluas langit teknologi serba visual. Efeknya, sekedar gubrak...gubrak...gubrak.

Kata kuncinya, ingin serba super, karena balutan demi balutan kisah mengandalkan nafas kepahlawanan dari tujuh punggawa yang bertekad mempertahankan kelanggengan bumi dari kekuatan jahat serba super juga.

Bumi gunjang-ganjing, langit kelap-kelip, ujung-ujungnya pertempuran demi pertempuran terjadi di arena alam raya.

Diawali aksi kebut-kebutan lantaran berebut sumber energi bernama Tesseract, drama kepahlawanan yang menghimpun tujuh tokoh komik hasil imajinasi seakan mengamini bahwa persatuan melahirkan keselamatan bagi semua bila ingin hidup seribu tahun lagi di jagat semesta. Jangan lagi hamil oleh energi kebencian dan kekerasan.


Mulanya ketujuhnya berseberangan dalam pandangan, karena masing-masing mereka ingin menangguk kemenangan diri. Akhirnya superhero itu bersatu dalam sebuah "rule of the game" bahwa arena pertarungan tidak bisa terlepas dari strategi nan jitu. Nah, setiap arena pertarungan memberlakukan hukum besi bahwa manusia yang satu menjadi serigala bagi manusia yang lain (Homo homini lupus).

Dan taruhannya satu, keselamatan jagat bumi dan alam semesta. Keamanan global sungguh terancam dengan hadirnya kekuatan jahat terhebat yang selama ini belum pernah ada.

Ini bersesuaian dengan amanat pesanan dari Direktur S.H.I.E.L.D., Nick Fury yang meminta bantuan tim "The Avengers" untuk mencegah bencana yang mengancam dunia. Mereka bersatu padu melawan kekuatan jahat.

Masing-masing mereka punya kekuatan bertempur jempolan. Mereka berasal dari khasanah tokoh jagoan di kartun yang terlibat aksi baku pukul (smackdown). Gubrak, gubrak seraya berteriak-teriak memadatkan energi penguasaan kepada lawan.

Kata Nietzsche, sains merupakan kebijaksanaan handal, bahkan sebuah kehati-hatian. Sesuatu yang berguna, yang masih memberi kepada khalayak publik sederetan hak untuk mengemukakan keberatan-keberatannya, apa artinya itu?

Nah, drama demokratis ala The Avengers menonjolkan soal hidup yang merangkum kejahatan dan kebaikan. Bukan hanya kejahatan, bukan melulu kebaikan, tetapi kedua-duanya.

Dan Hulk sebagai makhluk raksasa pembela kebenaran mengayunkan tangan untuk menghabisi tokoh Loki seraya menghardik, "Apa itu penguasa jagat raya, siapa itu penguasa?" Gubrak...gubrak!